Senin, 05 Oktober 2015

KESENIAN RUDAT

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Banten merupakan provinsi yang memiliki keanekaragaman budaya, khususnya dalam hal kesenian tradisional yang merupakan warisan nenek moyang yang telah diperkenalkan sejak dahulu secara turun-temurun.Keberadaan warisan budaya khas banten ini sangat berarti bagi masyarakatnya, sebab melalui hal ini masyarakat Banten dapat menunjukkan karakteristik yang membedakannya dengan masyarakat dari daerah lain. Namun sangat disayangkan, dewasa ini Banten seakan-akan hanya memiliki satu jenis kesenian tradisional yang menjadi representasi dari masyarakat Banten, yaitu Debus.padahal, Banten memiliki kesenian tradisional lain yan tidak kalah menarik dengan Debus seperti Rudat, Terbang Gede, Patingtung, Wayang Garing, Ubrug, Yalil, Buaya Putih, dan kesenian tradisional Banten lainnya yang belum tergali secara menyeluruh.
Pada dasarnya, apabila kesenian tredisional tersebut dikaji lebih lanjut dan dikembangkan denagn maksimal akan memberikan prospek yang besar bagi kemajuan Banten khusnya dalam bidang pariwisata di Banten. Sayangnya, realita yang terjadi sangat bertolak belakang. Keberadaan kesenian tradisional lainnya khususnya Rudat tidak sepopuler Debus. Seni rudat hanya ditampilkan pada acara-acara perkawinan dan beberapa perhelatan keagamaan serta pada beberapa seremonial seperti gebyar muharam, pawai taaruf, dan arak-arakan pernikahan.Seni Rudat kini menjadi salah satu dari kesenian tradisional yang namanya kian memudar seiring perkembangan zaman.
Atas dasar tersebut kami tertarik untuk membuat makalah tentang kesenian Rudat untuk dapat memberikan pengetahuan mengenai seni Rudat dan mempertahankan eksistensi Rudat kepada setiap pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apakah seni tradisional rudat itu?
2.      Bagaimana sejarah seni tradisional rudat?
3.      Apakah alat dan pakaian yang digunakan pada kesenian rudat?
4.      Bagaimana prosesi kesenian rudat?
5.      Bagaimana perkembangan seni rudat?
6.      Bagaimana usaha pemerintah Banten dalam melestarikan tradisi Kesenian Rudat?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk menambah pengetahuan mengenai Kesenian Rudat.
2.      Untuk mengetahui sejarah Seni Tradisional Rudat.
3.      Untuk mengetahui alat dan pakaian yang digunakan pada Kesenian Rudat.
4.      Untuk mengetahui prosesi Kesenian Rudat.
5.      Untuk mengetahui perkembangan Kesenian Rudat.
6.      Untuk mengetahui usaha pemerintah Banten dalam melestarikan tradisi Kesenian Rudat.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Menumbuhkembangkan rasa cinta sebagai generasi muda terhadap kesenian daerah yang kita miliki.
2.    Sebagai bahan acuan untuk selalu  menjaga dan melestarikan kesenian daerah yang kita miliki.



BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Kesenian Rudat

Rudat adalah kesenian tradisional khas Banten yang merupakan perpaduan unsur tari, syair shalawat, dan olah kanuragan yang berpadu dengan tabuhan terbang dan tepuk tangan. Rudat terdiri dari sejumlah musik perkusi yang dimainkan oleh setidaknya delapan orang penerbang (pemain musik ) yang mengiringi tujuh hingga dua belas penari.Menurut beberapa tokoh Rudat, nama Rudat diambil dari nama alat yang dimainkan dalam kesenian ini. Alat musik tersebut berbentuk bundar yang dimainkan dengan cara dipukul.
Seni Rudat mulai ada dan berkembang pada masa pemerintahan Sinuhun Kesultanan Banten II, Pangeran Surosowan Panembahan Pakalangan Gede Maulana Yusuf  (1570-1580 M).
Menurut seorang pakar Sunda, yaitu Yus Rusyana, arti dari kata rudat tersebut bila aitkan dengan Seni Rudat berarti "bunganya pencak". Dalam hal ini, gerakan-gerakan silat yang ditampilkan lewat tarian Rudat dikonotasikan pada sifat umum bunga, indah.
Seni Rudat tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Oleh karena itu, kesenian ini sangat terpengaruh oleh budaya pesantren, di antaranya kebiasaan Alunkan puji-pujian yang ditujukan kepada Allah swt. dan Nabi Muhammad saw.
lewat shalawatan oleh para santri. Dalam seni Rudat kebiasaan para santri tersebut dipadukan dengan kesenian yang didukung oleh masyarakat sekitar. Dengan demikian, Seni Rudat merupakan jenis kesenian yang mengandung berbagai unsur, yaitu dakwah agama Islam dan hiburan berupa kesenian tradisional setempat, dalam hal ini pencak silat

2.2 Sejarah Kesenian Rudat

Tidak banyak yang mengetahui siapa yang menciptakan kesenian ini, karena sekarang sesepuh yang mengetahui seluk-beluk Rudat sangat sedikit bahkan sebagian sudah meninggal. Naskah yag berisi sejarah Rudat dan nilai-nilai filosofis tentang rudat pun hanya dimiliki oleh satu sampai dua orang yang salah satunya merupakan anak dari mendiang pemilik naskah yang menjadi sesepuh disana.
Meskipun tidak banyak yang mengetahui pencipta kesenian ini, warga Sukalila meyakini bahwa Rudat sebetulnya jurus silat yang dikembangkan menjadi tarian. Langkah-langkahnya merupakan langkah-langkah silat yang dikembangkan menjadi tarian dan diiringi musik dan shalawat.Seni tradisional Banten ini menjadi rangkaiaan utama tatkala Kesultanan Banten mengadakan hajat besar atau dalam acara penyambutan tamu kehormatan yang berasal dari mancanegara.
Seni Rudat turnbuh seiring dengan upaya penyebaran agama Islam oleh para wali (Wali Sanga). Di antara para wali tersebut adalah Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan gelar Sunan Gunung Jati. Beliau menyebarkan agama Islam di Jawa Barat dan Banten. Dalam melakukan misinya, Sunan Gunung Jati dibantu oleh murid-muridnya. Pada tahun 1450 — 1500 penduduk Jawa Barat masih beragama Hindu. Ketika itu beliau mengutus lima orang muridnya untuk mengembangkan syiar agama Islam melalui pertunjukan kesenian. Adapun jenis kesenian yang dipertunjukkan menggunakan alat musik genjring yang juga disebut terebang. Alat musik tersebut dikembangkan dari satu jenis menjadi lima jenis yang mengandung makna lima rukun Islam. Ditampilkannya kesenian Terebang tersebut dimaksudkan untuk menghubungkan batin manusia dengan Sang Pencipta.
Seni Rudat telah ada sejak abad XVI, yaitu masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kemudian berkembang di pesantren-pesantren. Ketika itu, seni Rudat ,erfungsi sebagai sarana hiburan atau media pergaulan para santri di waktu senggang. Pada kesempatan tersebut para santri bernyanyi yang isinya memuji kebesaran Allah swt. Sambil menari dengan gerakan pencak silat.
Seni Rudat atau sering pula disebut terbangan, mengalami pergeseran fungsi. Semula, Seni Rudat berfungsi sebagai syiar agama Islam dari para ulama dan santri kepada masyarakat, kemudian berkembang menjadi sarana hiburan. Seni Rudat yang laxrfungsi sebagai syiar agama Islam ditampilkan pada acara-acara yang berkaitan dengan keagamaan (Islam), seperti :
1.      Mauludan, yaitu memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw.
2.      Rajaban, yaitu memperingati peristiwa Isra Miraj.
3.      Hari Raya Idul Fitri .
4.      Hari Raya Idul Adha.
Pasang surut Seni Rudat sangat erat kaitannya dengan sejarah Kesultanan Banten. Saat kedatangan Belanda, Seni Rudat malah terkubur. Pada zaman Sinuhun Kasultanan Banten IV Pangeran  Panembahan Maulana Abdulmufakir Mahmudin Abdul Kadir (1596-1651 M) seni tradisional khas Banten ini benar-benar dilarang Belanda karena dicurigai sebagai ajang untuk mengumpulkan masa untuk berlatih bela diri dan menghimpun kekuatan untuk menentang Belanda.
Syeh Nawawi kemudian membangkitkan kembali Seni Rudat lewat muridnya yang asli dari Sukalila yang bernama Kyai Sulaiman. Sejak itu Rudat dijadikan media penyebar ajaran agama Islam. Sampai saat ini seni Rudat diwariskan secara turun-temurun selama lima generasi di desa Sukalila.
Sampai sekarang desa Sukalila merupakan induk dari beberapa kelompok Seni Rudat. Di sinilah Seni Rudat asli Banten berakar dengan kuat. Warga desa ini menjadi satu dengan tradisional Rudat. Mulai dari anak-anak hingga orang lanjut usia gemar memainkan kesenian tradisional khas Banten ini.
“Kesenian ini sudah ada sejak saya belum lahir, sampai sekarang Rudat masih terus berkembang dan memiliki prospek yang cukup menjanjikan sehingga saya terus berkecimpung dalam kesenian ini selama kurang lebih lima belas tahun. Sampai sekarang warga desa ini tetap antusias berlatih dan menampilkan seni rudat di berbagai event. Baru-baru ini kami memperkenalkan Rudat di JHCC bersama Ully Sigar Rusady.” ungkap bapak Ubay.

2.3 Alat dan Pakaian yang Digunakan dalam Seni Rudat

Alat musik yang digunkan dalam seni rudat adalah terbang (rebana) yang terdiri dari beberapa jenis alat musik, diantaranya:
1.      Dua buah Gedong Bibit
2.      Mapat
3.      Telu
4.      Kemcang
5.      Kempul Kembar
6.      Nganak
Kempul yaitu alat musik yang digunakan dalam seni rudat minimal berjumlah delapan buah, apabila jumlah alat musik yang di gunakan kurang dari delapan musiknya akan terdengar timpang. Jika alat musik yang digunakan lebih dari delapan musik akan tetap terdengar harmonis.
Pakaian yang digunakan dalam seni rudat terdiri dari pakaian penerbang (pemain musik perkusi), Penari pria, dan Penari wanita.Penari Pria akan mengenakan : Busana berwarna kuning dikombinasikan dengan hijau, ikat pinggang, dan ikat kepala kuning bermotif sunda/kopiah putih.Penari wanita akan mengenakan: Busana berwarna hijau muda dilengkapi ikat pinggang dan ikat kepala yang sama dengan penari pria.Penerbang akan mengenakan: Busana lengkap berwarna biru-kuning dengan ikat pinggang dan ikat kepala yang sama.


2.4 Prosesi Kesenian Rudat

Dalam pementasan seni rudat yang paling menonjol adalah perpaduan unsur tari, gerak kanuragan dan serta shalawat. Saat pementasan diawali dengan lantunan shalawat As-Salam yang mengiringi masuknya penari. Selanjutnya penari diiringi musik dan lantunan syair rudat yang diyakini merupakan peninggalan ulama Banten saat melakukan penyebaran agama Islam.
Syair yang biasa digunakan untuk mengiringi penari Rudat di antaranya adalah Thalab-Naba, Khasbiyun,Ya khayyu ya Qayyum. Syair utama dalam kesenian rudat adalah Shalawat As-Salam, Khasbiyyun, Ya Khayyu Ya Qayyum, dan Shalawat Penutup yang akan mengiringi penari rudat keluar. Apabila diresapi dengan mendalam, syair rudat memiliki makna batin yang kental. Syair Ya Khayyu ya Qayyum, La khaula wa laa quwwata illa billahi aliyyil adzim misalnya, syair ini memiliki arti bahwa tiada daya dan upaya tanpa hidayah dan izin Allah.
Syair rudat mengisyaratkan munajat dan kepasrahan akan keterbatasan Manusia. Gerakan tariannya juga demikian, tiap tembang yang dilantunkan akan memiliki gerakan yang berbeda. Tidak ada prosesi khusus yang dilakukan sebelum mementaskan Rudat, tidak seperti Debus yang harus mengadakan ritual-ritual tertentu. Beberapa hal yang harus dimiliki oleh pemain rudat adalah tekun berlatih, ketulusan hati dan kebersihan batin . Selanjutnya secara khusus semua penerbang (pemusik), penari, dan pelantun tembang harus di ijazah oleh sesepuhnya.

2.5 Perkembangan Kesenian Rudat

Pada awalnya Seni Rudat hanya perpaduan dari pencak silat dengan shalawat yang diiringi riuhnya tepukan tangan. Semua personil yang menampilkan Seni Rudat terdiri dari laki-laki yang mengenakan pakaian serba hitam. Seni Rudat awalnya merupakan sarana penyebaran agama Islam. Suatu kesenian akan berkembang sesuai dengan lingkungannya. Begitu pula Seni Rudat. Sebenarnya di berbagai daerah Indonesia terdapat seni yang serupa dengan Rudat tetapi berbeda nama seperti di Aceh, Cirebon, Indramayu, dan Lombok. Alat rudat sendiri berasal dari Jawa yang diproduksi oleh Bumi Ayu.
Dalam perkembangnnya Seni Rudat telah menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa melupakan aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat Banten. Saat ini rudat telah berkembang baik dari suguhan pementasan, perlengkapan, dan busananya. Dalam pertunjukannya rudat dimainkan secara atraktif yang dikolaborasikan dengan tari-tarian. Pemain rudat tidak hanya didominasi oleh pemain pria saja, wanita juga ikut serta dalam pementasan rudat. Pakaian yang digunakan pun sudah berubah, tidak menggunakan pakaian yang berwarna hitam tetapi menggunakan perpaduan warna yang cerah.Seni rudat terus berkembang secara berkesinambungan. Disetiap kecamatan yang ada di Kabupaten Serang sudah terdapat sanggar Seni Rudat.
Pada umumnya rudat yang terdapat selain di Desa Sukalila tidak menampilkan tari-tarian. Sekarang banyak sekali tarian kreasi yang diciptakan dengan memakai seni rudat,seperti Tarian Kota Serang Bersyukur menggunakan perpaduan Rudat dan Terbang Gede, Gereget Dalail, Geger Wadon Ing Cilegon, Gembrungan katulang Banten ,dan lain-lain. Kurangnya popularitas seni rudat terjadi karena kurangnya sosialisasi di daerah. Sosialisasi Seni rudat jarang dilakukan. Kesenian ini hanya dilakukan saat ada perhelatan.
Dewasa ini, Seni Rudat mengalami perkembangan, baik jumlah pemainnya maupun waditranya. Jumlah pemain yang terlibat dalam Seni Rudat berkisar antara 12 sampai 24 orang. Para pemain tersebut di antaranya sebagai penabuh waditra, penari dan penyanyi.
Waditra yang digunakan dalam Seni Rudat terdiri atas ketimpring, tojo, nganak, gendrung dan jidor. Masing-masing waditra dimainkan oleh seorang penabuh. Bahan pembuatan waditra dari kayu dan kulit kerbau.
Bentuk dan ukuran serta cara memainkan waditra tersebut seperti berikut:
1.      Ketimpring, berbentuk bulat dengan diameter muka 36 cm dan diameter belakang 26 cm, tinggi 18 cm dan ketebalan kayu 1 cm. Ketimpring memiliki kencringan berjumlah 2 sampai 3 buah. Cara memainkan alat ini dengan dipukul.
2.      Tojo, bentuknya sama dengan ketimpring yakni bulat. Bagian muka berdiameter 37 cm, diameter belakang 26 cm, tingginya 18 cm dan ketebalan kayu 1 cm. Tojo memiliki pula kencringan yang berjumlah 2 sampai 3 buah. Dalam pertunjukan, alat ini dimainkan dengan cara dipukul dan berfungsi sebagai pokok lagu atau melodi. Perbedaan alat ini dengan ketimpring terletak pada diameter muka yang lebih besar.
3.      Nganak, berbentuk bulat dengan diameter muka 36 cm, diameter belakang 26 cm, tinggi 18 cm dan ketebalan kayu 1 cm. Alat ini dimainkan dengan cara dipukul dan fungsinya untuk mengiringi bunyi waditra lain.
4.      Jidor, berbentuk bulat seperti bedug dengan diameter 44 cm dan tingginya 47 cm. Cara memainkannya dengan dipukul dengan pemukul khusus terbuat dari kayu.
Seni Rudat seperti halnya Seni Patingtung, tariannya berpola pada gerakan pencak silat. Akan tetapi, gerakan pencak silat pada Seni Rudat tidak menggunakan tenaga. Tarian dalam Seni Rudat diiringi lagu-lagu yang sebagian besar bertema keagamaan atau memuji kebesaran Sang Pencipta. Adapun gerakannya bertumpu pada gerakan kaki, seperti melangkah dengan serempak ke depan, ke belakang dan ke samping. Gerakan melangkah dengan serempak melambangkan perlunya kesamaan dan keserasian dalam melangkah.
Beberapa gerakan yang digunakan dalam Seni Rudat meliputi gerakan tangan, kaki dan kepala yang, masing-masing gerakannya seperti berikut :
- Kaki : gerakan kaki terdiri atas kuda-kuda, adeg-adeg masekon rengkuh, deku, depok dan lain-lain.
- Tongan : gerakan tangan terdiri atas mengepal, tonjok, gibas, meupeuh, keprok, kepret. Kepala : gerakan kepala mengikuti arah tangan yang bergerak, yaitu ke depan, kesamping kid dan kanan serta ke belakang.
Nama pada gerakan-gerakan tersebut diambil dari nama gerakan pada pencak silat, yaitu:
1.      Gerak nonjok, yaitu kaki kanan melangkah ke depan dengan posisi kuda-kuda, tangan kiri mengepal ditonjokkan lurus ke depan sementara tangan kanan di pinggang dengan jari tangan mengepal, kepala lurus ke depan.
2.      Gerak pasang, yaitu kaki pasang ditempatkan dengan posisi kuda-kuda dan melangkah ke depan dengan posisi kuda-kuda pula. Tangan kanan menyikut ke depan dengan posisi tangan siku-siku. Jari tangan kiri ke depan dada dengan posisi tangan ditekuk. Pergelangan tangan dan jari tangan menghadap ke depan. Gerakan demikian sebagai persiapan berkelahi dengan lawan.
3.      Gerak gibas, yaitu kaki kanan tegak lurus dengan berat badan pada kaki kanan. Kaki kanan agak rengkuh (rendah), kaki kiri diangkat membuat siku-siku. Tangan kanan ke bawah di atas kaki kiri. Tangan kiri menekuk dengan arah gerak ke kanan. Kepala diarahkan ke samping kanan dan langsung membalik ke kiri.

2.6 Usaha Pelestarian Kesenian Rudat Oleh Pemerintah Banten

Untuk menjaga eksistensi kesenian tradisional Banten seperti Rudat dan lainnya, Pemerintah Kabupaten Serang, khususnya departemen Kebudayaan dan Pariwisata melaksanakan sembilan program, yaitu:


1.      Gebyar Muharam
Merupakan festival seni tradisi islam. Pada gebyar muharam seni tradisional Islam ditampilkan dan disosialisasikan kepada masyarakat.
2.      Pawai Taaruf
Pawai ini diselenggarakan bertepatan dengan lomba MTQ. Pada pawai taaruf semua perkumpulan/sanggar seni menampilkan kesenian tradisional khas Banten.
3.      Arak-Arakan tradisional
Arak-arakan tradisional menampilkan kesenian tradisional Banten, Rudat termasuk di dalamnya.
4.      Festival Panjang Mulud.
Festival Panjang Mulud mirip dengan festival yang diselenggarakan di Yogyakarta. Pada festival ini gunungan tang berisi makanan diarak dengan iring-iringan tradisional khas Banten, contohnya rudat dan terbang gede.
5.      Pembinaan Guru-Guru Seni SMP-SMA
6.      Semarak Takbir
7.      Obyag Seni merupakan ajang pementasan kesenian tradisional khas Banten.
Pada Obyag Seni semua kesenian tradisional khas Banten ditampilkan dengan  modifikasi dan kolaborasi seni tradisional.Pada dasarnya setiap wilayah di Provinsi Banten telah melakukan spesifikasi terhadap seni tradisional yang akan diunggulkan, diantaranya:
1.      Pandeglang dengan Rampak Bedug
2.      Tanggerang dengan Tari Cokek
3.      Cilegon dengan Pantun Bambu
4.      Lebak dengan Doddog lojor
Kesenian rudat berkembang sangat pesat di Serang. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya sanggar-sanggar Seni Rudat, dan modifikasi Seni Rudat. Seni Rudat kini dapat disesuaikan dengan perhelatan yang akan dilaksanakan. waktu tampil, gerakan tarian, dan semua aspeknya biasa diubah selama masih sejalan dengan nilai yang dianut masyarakat Banten

Inilah gambar dari tradisi Kesenian Rudat Banten tersebut.
Description: F:\DSCN1872.JPG
Description: F:\rudat.jpg
Description: F:\rudat-kendang1_388_254.jpg


BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

·         Rudat adalah kesenian tradisional khas Banten yang merupakan perpaduan unsur tari, syair shalawat, dan olah kanuragan yang berpadu dengan tabuhan terbang dan tepuk tangan.
·         Rudat terdiri dari sejumlah musik perkusi yang dimainkan oleh setidaknya delapan orang penerbang (pemain musik ) yang mengiringi tujuh hingga dua belas penari.Menurut beberapa tokoh rudat,
·         Nama Rudat diambil dari nama alat yang dimainkan dalam kesenian ini. Alat musik tersebut berbentuk bundar yang dimainkan dengan cara dipukul.
·         Pada awalnya seni rudat hanya perpaduan dari pencak silat dengan shalawat yang diiringi riuhnya tepukan tangan.
·         Semua personil yang menampilkan seni rudat terdiri dari laki-laki yang mengenakan pakaian serba hitam.
·         Seni rudat awalnya merupakan sarana penyebaran agama Islam.Saat ini rudat telah berkembang baik dari suguhan pementasan, perlengkapan, dan busananya.
·         Seni Rudat kini dapat disesuaikan dengan perhelatan yang akan dilaksanakan.
·         Waktu tampil, gerakan tarian, dan semua aspeknya biasa diubah selama masih sejalan dengan nilai yang dianut masyarakat Banten.
·         Walaupun kesenian Rudat pernah mengalami masa kepunahan, saat ini merupakan masa kebangkitan kembali kesenian Rudat.


3.2 Saran


  • Masyarakat perlu mengenal, dan memahami kesenian rudat.
  • Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi terhadap kesenian tradisional Banten, khususnya Rudat.
  • Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk menjaga kelestarian seni tradisional Rudat.