Minggu, 29 Maret 2015

Asal Usul Pohon Kepayang, Kluwek, atau Picung Bikin Mabuk Kepayang



Pohon kepayang, kluwek, atau picung memang bisa bikin mabuk kepayang. Bahkan istilah mabuk kepayang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia salah satunya mempunyai arti ‘mabuk karena makan buah kepayang’. Anehnya, meski memabukkan kepayang justru sering dipakai sebagai bumbu masakan terutama rawon.
Pohon dan buah ini disebut dengan berbagai nama seperti kepayang (Melayu dan Jawa), kluwek, keluwek, kluak, keluak (Jawa), picung (Sunda), pucung (Betawi), atau pohon lunglai, kalawak (Banjar), atau panarassan (Toraja). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai durian, false durian, football fruit, atau raual. Dan nama latin tumbuhan kepayang atau kluwek ini adalah Pangium edule.
Disebut sebagai durian atau false durian diduga lantaran buahnya yang berbau tajam akibat hydrocyanic acid yang terkandung di dalamnya, sehingga orang Eropa keliru menyebut buah ini dengan nama durian. Sedangkan nama football fruitlebih disebabkan oleh bentuk buah kepayang yang mirip bola rugby atau American Football.
Pohon dan buah kepayang (Pangium edule)
Diskripsi Kepayang. Pohon kepayang atau kluwek (Pangium edule) berbatang lurus yang tingginya mampu mencapai 60 meter dengan diameter batang mencapai 120 cm. Percabangannya tidak terlalu rapat. Daunnya berbentuk jantung, dengan lebar 15 cm. dan panjang 20 cm. berwarna hijau gelap dan mengkilap di bagian atas, sementara bagian bawahnya agak keputihan dan sedikit berbulu.
Bunga kepayang atau kluwek (Pangium edule) tumbuh di pucuk ranting, berwarna putih kehijauan, mirip dengan bunga pepaya. Buah kepayang berbentuk lonjong dengan bagian ujung dan pangkal meruncing, berukuran  panjang 30 cm dan lebar 20 cm. Bentuk buah kepayang mirip bola rugby atau American Football. Warna kulit buah cokelat, dengan permukaan agak berbulu. Daging buah putih dan lunak. Biji kepayang bertempurung, berbentuk asimetris, dengan ukuran 3 – 4 cm. Tempurung biji bertekstur dengan warna cokelat kehitaman. Ketebalan tempurung antara 3 sd. 4 mm. dan sangat keras. Daging biji berwarna sangat putih. Tanaman ini tumbuh di hutan hujan tropika basah dan merupakan tanaman asli yang tumbuh mulai dari Asia Tenggara hingga Pasifik Barat, termasuk di Indonesia. Kepayang yang merupakan anggota famili Flacourtiaceae mampu tumbuh di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl.
Kandungan dan Pemanfaatan. Seperti namanya, tanaman ini mampu membuat orang menjadi kepayang (mabuk atau pusing). Hal ini dikarenakan, terutama bijinya, mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi. Selain asam sianida, beberapa kandungan kimia lainnya yang terdapat pada buah kepayang (Pangium edule) antara lain vitamin C, ion besi, betakaroten, asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam glorat, dan tanin. Berbagai kandungan zat tersebut menjadikan tanaman kepayang, kluwek, picung atau Pangium edule memiliki berbagai macam manfaat dan kegunaan, seperti; bahan batang korek api (batang), obat cacing (daun), antiseptik, penghilang kutu, bahan pengawet, dan bahan pembuat minyak (biji).
Manfaat yang tidak kalah pentingnya adalah buahnya yang sering kali digunakan sebagai bumbu dapur masakan Indonesia seperti rawon. Bijinya pun dapat dimakan langsung setelah menjalani proses pemeraman untuk menghilangkan zat asam sianida yang dikandungnya. Meskipun demikian bila dimakan dalam jumlah tertentu apalagi bagi yang kurang tahan dapat mengakibatkan efek pusing (mabuk). Selain itu, kayu kepayang juga cukup baik dan kuat sebagai bahan pertukangan. Dan lagi, tumbuhan asli Indonesia ini memiliki perakaran yang kuat sehingga cocok digunakan sebagai pohon pelindung dan penghijuan di daerah aliran sungai.

Untuk menghilangkan kandungan asam sianida, buah kepayang atau kluwek (Pangium edule)  yang telah matang dan jatuh dari pohon dikumpulkan dalam satu karung dan dibiarkan basah oleh air hujan atau malah direndam dalam air dalam waktu 10-14 hari. Dengan begitu, selain kulit atau sabutnya lebih mudah dikupas juga dapat menghilangkan racun asam  sianida yang terdapat pada bijinya. Meskipun bukan termasuk tanaman langka, namun nyatanya pohon kepayang kini mulai jarang ditemukan. Sayang, padahal buah yang disebut kepayang, kluwek, keluwek, kluak, keluak, picung, pucung, atau pohon lunglai, dan panarassan ini unik, mampu membuat kita mabuk kepayang meski tidak sedang jatuh cinta sekalipun. Pengen mabuk kepayang?.

 Orang Kudus menyebut pindang yang tak lain adalah rawon untuk orang Jawa  Timur. Pindang dapat dikenali dengan mudah diantara masakan lainnya. Warna kuahnya yang hitam dan daun melinjo muda memberikan ciri khusus pada pindang. Di Kudus ada beberapa jenis pindang yaitu, pindang daging ayam, daging sapi, dan daging kerbau. Warna hitam pada kuah pindang berasal dari bumbu masakan khas yang disebut kluwak. Beberapa daerah menyebutnya kluwek/keluwak/kluwak (jawa), kapayang (Minangkabau), kayu tuba buah (lampung) , pangi (Bugis dan Bali), picung (Sunda), panarassan (Toraja) dan pucung (betawi).
Nama speciesnya Pangium edule Reinw. Kluwak diperoleh masyarakat sekitar dengan cara mengambilnya dari tanaman pohon kepayang yang diambil bijinya. Pohon kepayang tingginya 40 meter dan diameter batangnya 2,5 meter. Tumbuh liar di daerah 1000 m dpl (di atas permukaan laut)  di seluruh Indonesia.  Tanaman ini merupakan khas vegetasi dari Indonesia. Jika ada di negara lain berarti sudah diekspor.
  Kegunaan pohon kepayang :
1. kayunya digunakan untuk membuat batang korek api
2. daunnya sebagai obat cacing
3. Bijinya sebagai antiseptik
4. Bijinya dihaluskan dapat menghilangkan kutu pada kerbau
5. Biji kluwak dapat dibuat minyak sebagai pengganti minyak kelapa

   Kandungan kimia biji kluwak (hasil studi RA Hangesti Emi Widyasari mahasiswa S-2 Program Studi Teknologi Kelautan Pascasarjana IPB) :
1. Vitamin C
2. ion besi
3. betakaroten
4. asam sianida (sifatnya beracun, mudah menguap pada suhu 26 derajat Celcius, bila terhirup    binatang ternak dapat mengakibatkan kematian, aman untuk pengawetan ikan)
5. asam asam hidnokarpat
6. asam khaulmograt
7. asam glorat
8. tanin (sebagai pengawet ikan)